Jatuh Cinta Lagi, Portasound dan Toko Cahaya Baru

Lagi ngebaca buku JATUH CINTA LAGI yang ditulis oleh WIEKE GUR. Buku menarik ini adalah semacam catatan pribadi mbak Wieke sebagai penulis lirik handal yang telah melahirkan banyak lagu-lagu hebat. Buku ini berkisah tentang proses penulisan masing-masing lirik lagu-lagu tersebut. Istilahnya Story behind the lyrics lahhh… Gue memang excited banget nungguin buku ini terbit soalnya jauh-jauh hari sebelum buku ini terbit mbak Wieke bilang kalo dia nulisin nama gue di salahsatu halamannya. Aaahhh… tersanjung season lima nih jadinya :).

jatuh

Gak dehhh… gue gak bakalan ceritain kenapa nama gue sampe ada di dalam buku ini (tapi kalo penasaran beli aja deh bukunya, terus buka halaman 101-102 hahahaha…)

Anyway… gue mau ceritain soal salahsatu bagian cerita mbak Wieke di buku ini yang bikin gue kembali terbang ke masa kecil gue. Gue kutip bagian tersebut :

….Setiap akhir pekan saya bermain musik di toko-toko yang menjual alat musik Yamaha portable keyboard – waktu itu namanya Portasound – pada para pengunjung toko dan orang-orang yang melintas. Dengan menunjukkan betapa indahnya suara yang keluar dari alat musik Yamaha, diharapkan, saya mampu membuat orang-orang yang mendengarkan tertarik untuk membeli alat musik Yamaha tersebut… (halaman 11)

Dan twwiiiiiiiing…. Memori lama gue muncul kembali ke permukaan. Dulu… jaman 80an saat gue masih SD, rumah gue di Purwokerto deket sama pertokoan Stasiun Timur yang saat itu terhitung kawasan ramai. Di salahsatu pertokoan itu ada sebuah toko musik bernama CAHAYA BARU (sampe sekarang juga masih ada tokonya). Suatu saat sehabis maghrib, gue mendengar suara musik yang tidak biasa, instrumental, tapi gue yakin itu bukan dari kaset. Dengan naluri musik gue yang tinggi (hehehe..), gue mencoba mencari datangnya arah suara, dan ternyata suara itu dari toko Cahaya Baru. Ada demo keyboard, yang belakangan gue tahu bernama Yamaha Portasound.

cahaya

Beberapa orang sudah berkerumun melihat sang demonstrator memainkan keyboard. Orang itu berkumis tebal dengan wajah ramah, terlihat asyik memainkan jemarinya di tuts keyboard, memainkan lagu yang sangat kondang saat itu : AKU MELANGKAH LAGI. Naluri narsis gue mendadak naik, lagu itu adalah lagu favorit gue saat itu. Tanpa ragu gue menerobos kerumunan dan menyeruak ke barisan terdepan. Dan ( ya ampun nistanya…) gue menyanyi dengan lantang tanpa mic lagu Aku Melangkah Lagi, mengikuti alunan musik sang demonstrator. Sejenak sang demonstrator terpana melihat gue. Entah karena iba atau kaget dengan ketaktahumaluan gue hehehe… tapi tiba-tiba dia memberikan mic untuk gue… dan gue BERNYANYI DENGAN RIANG GEMBIRA… hahahaha… gue bener-bener menikmati ketaktahumaluan itu.

Selesai lagu Aku Melangkah Lagi, gue terus nyanyi lagu-lagu yang lain sampai sesi demo abis. Puasss banget rasanya :). Sang demonstrator itu memuji suara gue. Entah tulus atau kasian gak tahu juga hehehe.. yang jelas dia berterima kasih karena mau jadi temen ‘demo’ malam itu. Gue pun pulang ke rumah dengan riang gembira.

Beberapa bulan kemudian suara musik itu terdengar lagi. Ahhh… ada demo lagi rupanya.. dan bergegas tanpa peduli PR dan belajar gue beranjak menuju toko Cahaya Baru. Begitu gue muncul, sang demonstrator udah langsung ngasih mic ke gue, dan tanpa ba bi bu lagi gue langsung bernyanyi. Lagu apa aja gue sabet… yang penting hasrat tampil dan taktahumalu itu tersalurkan. Malam itu selesai demo, sang demonstrator (Orang Jakarta, gue lupa namanya, gue panggil dia Oom) nganterin gue pulang, dan minta izin ke nyokap gue untuk ‘menculik’ gue buat ikutan demo Portasound ke SMA SMA di Purwokerto dan sekitarnya. Nyokap gue ngizinin aja asal selesai jam sekolah. Jadilah… pulang sekolah gue langsung dijemput si Oom buat demo ke sekolah-sekolah. Agak unik juga kali ya… gue yang masih anak-anak banget nyanyiin lagu orang dewasa dan demo di SMA SMA. Tapi gue seneeeeng banget… selesai demo (waktu itu hari Sabtu), si Oom janji mau ngajakin gue jalan-jalan besok hari minggu. Dan tentu gue terima tawaran itu dengan senang hati. Hari minggunya kita jalan-jalan ke Baturaden.. puas keliling disana kita turun lagi ke Purwokerto dan si Oom ngajakin makan di restaurant. Percaya atau tidak, itulah pertama kalinya gue makan di restaurant ! Maklum, di keluarga gue yang sederhana, makan di restaurant adalah hil yang mustahal hehehe… gue makan dengan sangat lahap.. gue inget si Oom sampe ngeliatin gue makan… hahaha… pulang makan gue dianterin ke rumah, dengan satu janji ntar malem mau diajak nonton. Si Oom menepati janjinya, malam itu kita nonton di President Theatre dan filmnya adalah film fenomenal : PENGKHIANATAN G30S PKI. Film yang panjang itu, ditambah AC yang dingin, ditambah kecapekan seharian jalan bikin gue tertidur . Si Oom ngebiarin gue tidur, dan baru dibangunin setelah film abis.

Beberapa bulan kemudian, ketika terdengar suara musik dari toko Cahaya Baru, gue bergegas kesana. Si Oom sempet janji dia bakal kasih foto-foto kita di Baturaden, tapi pas gue samperin ternyata dia lupa, fotonya ketinggalan di Jakarta. Jadilah meskipun sedikit kecewa, gue tetep bernyanyi di emperan toko Cahaya Baru itu dengan penuh semangat. Itulah terakhir kalinya gue ketemu dan nyanyi diiringi si Oom. Entah programnya selesai atau apa, tidak pernah ada lagi demo Portasound di toko Cahaya Baru setelah itu. Dan kenangan itupun menguap begitu saja, nyaris terlupa dalam tumpukan peristiwa berikutnya.

Sampai gue baca buku mbak Wieke itu… kenangan itu muncul kembali ke permukaan. Gue jadi inget Portasound, inget toko Cahaya Baru, dan inget si Oom… penuh semangat gue kirim message ke mbak Wieke… gue tanya siapa tahu dia kenal sama si Oom, kan mereka sama-sama demonstrator. Karena gue lupa nama si Oom, gue sebutin ciri-cirinya : berkumis tebal. Dan gak lama mbak Wieke jawab message gue :

…rasanya yang demo itu mas Edwin almarhum namanya.. Cuma dia yang kumisnya tebel soalnya…

God !!! iya bener gue inget namanya Oom Edwin. Tapi… almarhum ????

Mendadak seperti ada yang hilang dalam keriangan gue karena masa lalu yang manis itu. Gue tiba-tiba jadi sedih. Teringat bagaimana baiknya Oom Edwin dulu sama gue. Bagaimana cerita dia tentang album Festival Lagu Populer Indonesia tahun 1984 yang semua instrumennya menggunakan Yamaha Portasound dan dimainkan oleh Elfa Secioria. Dan gue inget kata-kata dia ketika bilang : “Sayang kamu gak tinggal di Jakarta ya… coba kalo tinggal di Jakarta kan banyak kesempatan untuk bisa jadi penyanyi.”

Duhhhh… semuanya masih jelas terekam dalam ingatan gue. Kembali mencuat dalam alam pikiran gue. Sesuatu yang sempat hilang, terpacu muncul gara-gara sebaris kalimat dalam buku mbak Wieke.

Makasih mbak Wieke… bukan hanya karena bikin gue tersanjung karena nyantumin nama gue di dalam bukunya, tapi juga karena mengembalikan semuanya… bring back the old memories…

Makasih Oom Edwin… semoga tenang di ‘sana’. Amiin…

….dan lagu Aku Melangkah Lagi tiba-tiba terus bermain di pikiran gue… lengkap dengan alunan Portasound… disana.. di emperan toko Cahaya Baru..