Supernova 5 : Gelombang Mimpi Thomas Alfa Edison

gelombangJudul Buku : Supernova 5 – Gelombang
Penulis : Dewi ‘Dee’ Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka, 2014

Sejak muncul pertama kali di tahun 2001, serial SUPERNOVA tulisan DEWI LESTARI memang berhasil memberikan kejutan di dunia penulisan fiksi Indonesia. Episode pertama KSATRIA, PUTERI DAN BINTANG JATUH sukses membetot perhatian banyak kalangan dan berhasil mendapat banyak penghargaan, termasuk menjadi 5 besar KHATULISTIWA AWARD 2001. Selepas buku pertama, seri selanjutnya muncul dan juga berhasil sukses diterima pasar : AKAR (2002), PETIR (2004) dan PARTIKEL (2012).

Tahun 2014 ini, serial terbaru SUPERNOVA kembali dirilis dengan judul GELOMBANG. Bagi pembaca setia Supernova, kisah lanjutan ini tentu sudah sangat ditunggu. Di buku kedua AKAR sudah dijelaskan Dewi bahwa ada tokoh-tokoh yang akan menjadi bagian dari serial ini yaitu BODHI, ELEKTRA, ZARAH dan ALFA. BODHI sudah menjadi sentral di buku AKAR, ELEKTRA berperan di buku PETIR, ZARAH ambil peranan di buku PARTIKEL, dan tentu saja GELOMBANG menampilkan ALFA sebagai pemeran utama.

Tokoh-tokoh itu ditampilkan dengan utuh di masing-masing buku, dengan karakter mereka masing-masing yang sangat kuat, juga latar belakang tokoh yang juga dipaparkan jelas. Di buku kelima ini, tokoh ALFA digambarkan berasal dari SIANJUR MULA MULA, sebuah daerah di Sumatera Utara yang konon kabarnya merupakan asal mula orang Batak. Paruh awal novel ini menceritakan jelas bagaimana masyarakat Batak, bagaimana agama asli yang disebut UGAMO MALIM, serta bagaimana ‘tradisi’ orang Batak yang kerap memberi nama anaknya dengan nama-nama orang besar, termasuk ALFA yang nama lengkapnya adalah THOMAS ALFA EDISON SAGALA, berikut dua kakaknya ALBERT EINSTEIN SAGALA dan SIR ISAAC NEWTON SAGALA.

Digambarkan mereka hidup tentram, sampai sebuah upacara GONDANG merubah hidup Alfa dan keluarganya. Sejak upacara malam itu, Alfa dihantui oleh makhluk misterius yang disebut SI JAGA PORTIBI, sesosok makhluk hitam bersayap dengan sepasang mata kuning yang menyeramkan. Mendadak Alfa menjadi perbincangan di kalangan orang-orang sakti yang memperebutkannya sebagai murid. Alfa juga kerap mengalami mimpi buruk yang akhirnya membuatnya tidak pernah tidur di malam hari.

Alfa terus mengalami kejadian buruk bila tertidur dan bermimpi, seperti ada seuatu yang menunggunya di alam mimpi, bahkan ketika kemudian dia pindah ke Amerika sebagai imigran gelap. Alfa sampai harus terbang ke Tibet untuk mengurai misteri yang hadir dalam mimpi-mimpinya. Disanalah rahasia besar perlahan terkuak.

Buku ini menjadi pemecah misteri tentang ASKO yang sudah disebut-sebut di buku kedua. Sedikit demi sedikit mulai terkuak tentang hubungan BODHI, ELEKTRA, ZARAH dan ALFA, serta GIO dan pencariannya pada DIVA yang hilang. Hanya saja, keping-keping yang tercecer menjadi susah ‘digali’ karena lamanya jarak terbit antar buku. Kalau ingatan kita ‘kuat’ mungkin tidak masalah. Tapi bagi yang daya ingatnya pas-pasan, setidaknya harus membaca lagi buku AKAR kalau akan membaca buku ini karena kaitannya sangat kuat. Banyak hal-hal yang di buku AKAR dibahas sekilas, kemudian dibahas lebih jelas di buku GELOMBANG.

Kekuatan Dewi Lestari dalam menulis adalah kebisaannya merangkum kata-kata yang mengajak pembacanya larut, ikut ‘berpetualang’ dalam alur cerita, dan selalu berhasil ‘memutarbalikkan’ sesuatu yang selama ini kita anggap simpel menjadi sesuatu yang ternyata serius. Di buku pertama ‘keseriusan’ itu tampak nyata dari banyaknya footnote dan membanjirnya istilah-istilah fisika kimia. Setelah membaca buku keempat PARTIKEL, pembacanya juga akan memandang JAMUR dengan cara yang tidak sama lagi. Di buku kelima ini, Dewi mengajak kita untuk memasuki dunia mimpi. Percayalah, setelah membaca buku ini mungkin kita akan mencari ‘jangkar’ sebelum tidur. Apa itu ‘jangkar’? baca dulu buku ini hehehe..

Satu hal yang buat saya agak mengganjal adalah titik awal diadakannya upacara Gondang yang merubah hidup Alfa itu. Digambarkan seorang bernama BONAR SIMARMATA akan maju ‘nyaleg’ DPR dan minta restu kepada leluhur yang dimanifestasikan dengan diadakannya upacara Gondang. Yang ‘mengganggu’ adalah, setting cerita berlangsung tahun 1990, dimana Indonesia masih dalam masa Orde Baru. Tentu kita semua faham kalau di masa itu DPR dipilih tidak melalui Pemilu Legislatif seperti saat ini, jadi belum ada orang yang maju ‘nyaleg’. Atau kalaupun memang ‘maju’ yang dimaksud tokoh Bonar adalah ‘kompetisi internal’ partai, maka setting tahun 1990 juga tidak tepat karena PEMILU di Indonesia diadakan tahun 1987 kemudian 1992.

Overal, buku ini wajib dibaca bagi yang mengikuti serial Supernova. Bagi yang belum pernah membaca buku-buku Supernova, buku ini tetap bisa dinikmati meskipun memang ada beberapa bagian yang akan membuat kening berkerut. Masih ada satu seri lagi dari serial ini yang berjudul INTELEGENSI EMBUN PAGI yang entah kapan akan ditulis dan dirilis, mudah-mudahan dalam waktu cepat agar semua misteri terpecahkan.

Sekarang, mari kita tidur, dan mencari gelombang mimpi kita sendiri 🙂